I'tikaf Sejarah dan Tata Caranya

Salah satu amalan yang rutin dilakukan umat Islam menjelang sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan adalah I’tikaf. Secara bahasa,

I’tikaf berasal dari bahasa Arab yang berarti mengurung diri, menetap, atau menghalangi.

Pengertian I’tikaf

Secara lengkapnya i’tikaf memiliki arti melakukan penyerahan diri kepada Allah dengan cara berdiam diri di masjid sambil melakukan berbagai ibadah untuk mengharap ridho Allah ta’ala.

Umumnya, i’tikaf dilakukan pada bulan Ramadhan, tetapi mayoritas ulama berpendapat aktivitas ini bisa dilakukan kapan saja.

Sejarah I’tikaf

Jika melihat kilas balik sejarah i’tikaf, jauh sebelum Nabi Muhammad, ternyata Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail telah lebih dulu melaksanakannya.

Sebagaimana disebutkan dalam Qur’an surat Al-Baqoroh ayat 125,

وَاِذْ جَعَلْنَا الْبَيْتَ مَثَابَةً لِّلنَّاسِ وَاَمْنًاۗ وَاتَّخِذُوْا مِنْ مَّقَامِ اِبْرٰهٖمَ مُصَلًّىۗ وَعَهِدْنَآ اِلٰٓى اِبْرٰهٖمَ وَاِسْمٰعِيْلَ اَنْ طَهِّرَا بَيْتِيَ لِلطَّاۤىِٕفِيْنَ وَالْعٰكِفِيْنَ وَالرُّكَّعِ السُّجُوْد 

Artinya: “Dan (ingatlah), ketika Kami menjadikan rumah (Ka’bah) tempat berkumpul dan tempat yang aman bagi manusia. Dan jadikanlah maqam Ibrahim itu tempat shalat. Dan telah Kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail, ‘Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang tawaf, orang yang i’tikaf, orang yang rukuk, dan orang yang sujud.” (Q.S Al-Baqoroh: 125)

Allah telah lebih dahulu mengabarkan tentang i’tikaf kepada Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail. Ayat tersebut juga menunjukkan bahwa sebagai hamba kita harus dengan patuh menaati segala hal yang telah Allah perintahkan.

Setelahnya, Rasulullah juga sering berdiam diri di Gua Hira bahkan sebelum beliau diangkat menjadi Nabi dan Rasul selama beberapa malam. Bahkan ketika sudah diangkat menjadi Nabi dan Rasul di usia yang ke-40 beliau tetap rutin melaksanakan i’tikaf.

Jika sebelumnya dilaksanakan di Gua Hira, setelah masa kenabian beliau melaksanakannya di masjid. Bahkan beliau semakin mengencangkan ikat pinggangnya, menjauhi tempat tidurnya, kemudian berdiam diri di masjid untuk beribadah dengan khusyuk.

Tata Cara Melaksanakan I’tikaf

Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, pelaksanaan i’tikaf tidak terbatas hanya untuk sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan. Hal ini karena sebelum masa kenabian Rasulullah telah rutin melaksanakan amalan tersebut hingga akhir hayatnya.

Berikut adalah tata cara melaksanakan i’tikaf sesuai tuntunan Rasulullah:

1. Niat

نَوَيْتُ أَنْ أَعْتَكِفَ فِي هَذَا الْمَسْجِدِ للهِ تَعَالَى

Nawaitu an a’takifa fii hadzalmasjidi lilllaahi ta’aalaa

Artinya: “Aku berniat i’tikaf di masjid ini karena Allah ta’ala.”

2. Melaksanakan Ibadah

Sebagaimana arti i’tikaf yang merupakan aktivitas berdiam diri untuk mengharap ridho Allah, maka hal yang harus dilakukan adalah ibadah. Seperti berdzikir, bersholawat, membaca Al-Qur’an, hingga melaksanakan sholat sunnah.

3. Perempuan yang Hendak Melaksanakan I’tikaf Harus Mendapatkan Izin dan Didampingi Oleh Mahram

Jika melihat pendapat Imam Syafi’i, beliau menghukumi makruh bagi perempuan untuk melaksanakan i’tikaf di masjid. Hal ini dikhawatirkan akan menimbulkan fitnah sehingga beliau berpendapat lebih baik perempuan i’tikaf di rumah.

Sedangkan Imam Hanafi berpendapat bahwa perempuan boleh i’tikaf di masjid asalkan ditemani dengan mahramnya.

Namun, beliau mensyariatkan lebih baik melaksanakannya di rumah. Kalaupun tetap ingin melaksanakannya di masjid, sebaiknya di ruangan khusus dan tertutup agar lebih terjaga.

Demikianlah sejarah dan tata cara melaksanakan i’tikaf. Salah satu amalan yang juga bisa dilakukan adalah bersedekah. Dengan semakin berkembangnya teknologi yang memudahkan kehidupan manusia, bersedekah kini bisa dilakukan dengan mudah.

GoAmal sebagai platform digital yang dikelola oleh BSI Maslahat telah menjembatani para donatur untuk menyalurkan infaq kepada para penerima manfaat.

Melalui GoAmal, sahabat bisa bersedekah secara mudah dan bisa dilakukan dimana saja. Yuk, salurkan sedekah terbaikmu melalui GoAmal.